Senin, 04 Juni 2012

Ekspor Kopi



A.PENDAHULUAN

   Ekspor adalah proses transportasi barang dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor.

Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.

Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80 miliar (12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57 persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).

Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.

Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.


B.RUMUSAN MASALAH

   Tahun 2011 ekspor kopi Jawa Timur diprediksi turun 10-15 persen akibat anomali iklim di tahun 2010. Hal ini karena produktivitas kopi di sejumlah daerah di Jawa Timur menurun.


“Akibat anomali cuaca pada tahun 2010 lalu memang diketahui produksi kopi di beberapa daerah seperti Banyuwangi, Jember, Malang, dan daerah lain di Jatim turun dengan jumlah sekitar 10-15 persen. Turunnya produktivitas tentu berpengaruh pada jumlah kopi Jatim yang siap diekspor ke pembeli,” ujar Sekretaris Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur, Ichwan Nursidik, Rabu ( 16/2/2011) di Surabaya.

Penurunan ekspor di tahun 2011 tersebut, menurut Ichwan, jelas akan terasa, mengingat pada tahun 2009 menuju tahun 2010 ekspor kopi di Jatim naik 9 persen. Pada tahun 2009 Jatim mampu mengekspor kopi sebesar 78.832 ton atau setara dengan 134.872.000 dollar AS , naik menjadi 82.832 ton di tahun 2010 atau setara dengan nilai 160.515.000 dollar AS.


“Artinya setelah mengalami kenaikan ekspor maka kita akan kembali turun dengan jumlah yang diperkirakan melebihi kenaikan ekspor sebelumnya. Bisa dibilang ini membuat ekspor kopi di Jatim akan kembali stagnan,” ujar Ichwan.

Berdasar data AEKI tahun 2010, pangsa pasar kopi Jatim terbesar saat ini adalah negara Jerman dengan jumlah pasar 16,22 persen disusul Jepang dengan pasar 13,98 persen.
“Meski begitu ada juga beberapa negara yang mengalami penurunan pangsa pasar seperti Malaysia, Italia, dan Mesir,” imbuh Ichwan.



Saat ini harga kopi rata-rata di dunia naik sekitar 9 persen dari 1938 dollar AS per ton menjadi 1779 dollar AS per ton. Di Indonesia, harga kopi rakyat naik dari Rp 16.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 17. 000 per kg.



“Kenaikan harga ini bisa karena suplai kopi dunia menurun akibat berbagai persoalan misalnya karena kenaikan konsumsi kopi dunia atau juga karena di beberapa negara terjadi penurunan produktivitas kopi akibat anomali cuaca,” imbuh Ichwan.


Dampak krisis Mesir beberapa waktu ini pun juga bisa menjadi salah satu penyebabnya, di mana eksportir (termasuk ekportir Indonesia) tidak bisa langsung memasukkan kopi ke negara tersebut dalam jangka waktu sekitar 3 mingguan. Kopi harus transit terlebih dahulu di negara terdekat, sehingga meningkatkan biaya ekspor.



Jawa Timur saat ini menjadi penyuplai 10-11 persen produksi kopi Indonesia. Sedangkan Indonesia menyuplai 8-9 persen kebutuhan kopi dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar